Salah satu bagian tersulit menjadi seorang pebisnis atau marketer adalah menebak bagaimana konsumen akan berperilaku. Maka dari itu, penting bagi seorang marketer untuk mempelajari trik psikologi marketing.
Ini merupakan salah satu teknik populer untuk memahami bagaimana psikologi konsumen saat akan membeli suatu produk. Dengan menggunakan teknik psikologi ke dalam strategi marketing, peluang untuk meningkatkan penjualan akan lebih besar. Karena kita mengetahui motif dan emosi apa yang muncul dalam diri pelanggan.
Lalu, apa saja trik psikologi marketing yang perlu diketahui para pebisnis atau marketer? Simak pembahasan lengkapnya dalam artikel berikut ini!
Apa Itu Psikologi Marketing?
Psikologi marketing adalah studi tentang perilaku konsumen yang dapat membantu Anda memahami faktor-faktor apa saja yang memengaruhi konsumen dan mengapa mereka membuat keputusan pembelian terhadap suatu produk. Dengan wawasan ini, Anda dapat meningkatkan peluang konsumen membeli produk yang Anda tawarkan.
Apa Pentingnya Mempelajari Trik Psikologi Marketing?
Belakangan ini, tingkat mobilitas masyarakat semakin meningkat sehingga menjadikan audiens target Anda memiliki waktu dan perhatian yang sangat terbatas. Itulah sebabnya, Anda perlu membuat setiap upaya pemasaran Anda lebih efektif dan efisien.
Anda harus memahami bagaimana konsumen membuat keputusan pembelian. Dengan begitu, Anda dapat menyampaikan nilai produk atau layanan Anda kepada konsumen dengan cara berbeda yang bermakna dan berkesan bagi mereka.
Sebagai contoh, brand besar seperti Amazon, Google, dan Apple telah menggunakan psikologi perilaku dalam strategi pemasaran mereka. Amazon memahami bahwa konsumen mereka membutuhkan pengalaman yang dipersonalisasi, sehingga Amazon menawarkan rekomendasi khusus.
Trik psikologi marketing tersebut membuat Amazon memperoleh loyalitas yang tinggi dari konsumen. Meskipun harus membayar harga lebih, konsumen telah menaruh kepercayaan kepada Amazon sebagai brand yang berkualitas.
Baca Juga: Kenali 7 Fungsi Marketing dalam Perusahaan
Trik Psikologi Marketing untuk Pemasaran yang Lebih Cerdas
Anda tidak harus menjadi psikolog handal untuk memahami calon konsumen Anda. Melainkan, Anda cukup memiliki pemahaman yang baik tentang beberapa prinsip utama psikologi yang dapat meningkatkan pemasaran produk atau layanan Anda.
Artikel ini membahas beberapa kiat cepat bagi Anda untuk menggunakan trik psikologi marketing guna menarik, menghubungkan, dan mengonversi lebih banyak konsumen dengan merek Anda. Di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Timbal Balik
Efek timbal balik adalah keadaan saat seseorang melakukan sesuatu untuk Anda, maka secara alamiah Anda juga ingin melakukan sesuatu untuk membalasnya. Nah, konsep timbal balik ini dapat Anda gunakan sebagai alat yang ampuh dalam pemasaran. Di bawah ini ada beberapa tips dan trik yang bisa Anda terapkan:
- Berikan konsumen Anda sesuatu bernilai dan tidak bergantung pada pembelian. Bisa berupa sampel gratis atau kode diskon pop-up hanya dengan mengunjungi situs Anda.
- Gunakan kreativitas saat memilih hadiah untuk konsumen Anda. Misalnya, mengirim kartu ucapan ‘Terima Kasih’ setelah konsumen membuat kesepakatan pembelian dengan Anda. Ini membantu memperkuat hubungan Anda dengan konsumen ke depannya.
2. Efek Umpan
Umumnya, orang-orang akan membeli produk yang menawarkan opsi harga termurah kecuali mereka merasa mendapatkan nilai lebih dari pembelian yang berbeda,baik itu offline maupun online. Sebagaimana Anda ketahui bahwasanya harga merupakan elemen yang paling riskan dalam pemasaran.
Ketika dihadapkan pada dua pilihan, konsumen akan memilih produk dengan harga lebih rendah. Namun, jika disajikan dengan dua opsi produk ditambah opsi produk ketiga, yang merupakan kombinasi kedua produk, maka konsumen akan lebih memilih opsi ketiga.
Menarik, bukan? Dengan memberikan tiga opsi ini dalam strategi pemasaran Anda dapat meningkatkan keuntungan dan penjualan produk Anda. Berikut ini contoh ilustrasi supaya Anda memahami konsep ini dengan lebih baik:
Katakanlah, Anda adalah seorang jasa pembuatan website yang menawarkan dua opsi berlangganan:
- Basic: seharga Rp300.000 per bulan dengan tiga fitur produk
- Pro: seharga Rp3.000.000 sebulan dengan sepuluh fitur produk
Kemudian, Anda ingin meningkatkan proporsi konsumen Anda yang memilih opsi Pro daripada opsi Basic. Langganan target adalah opsi Pro. Anda dapat menambahkan umpan ke penyebaran produk yang membuat langganan Pro terlihat lebih menarik dan bernilai tambah.
3. Melibatkan Emosi Konsumen dengan Story Telling
Salah satu trik psikologi marketing yang paling efektif adalah menarik emosi konsumen Anda. Gunakan teknik story telling dalam konten marketing untuk membuat keterikatan emosional konsumen dengan merek Anda menjadi lebih kuat, bahkan jika konten iklan tersebut tidak terkait langsung dengan merek Anda.
Sebagai contoh, iklan dari Volvo yang menggunakan teknik story telling yang menarik. Trik tersebut sangat sukses karena dapat melibatkan kekuatan emosi audiens untuk meningkatkan penjualan.
Dalam strategi periklanan, Anda dapat mendorong respon emosional dari audiens dengan berbagai cara. Selain teknik story telling, Anda juga bisa menggunakan bahasa emosional dalam konten Anda, termasuk citra yang membuat orang merasa memiliki hubungan pribadi dengan merek Anda.
Atau bisa juga dengan framing yang mendorong respon emosional dari audiens pasar Anda. Salah satu cara paling umum yang dilakukan adalah dengan menekankan manfaat produk Anda daripada fitur.
Misalnya, alih-alih menekankan “Produk makanan ini mengandung vitamin C dan rendah gula”, Anda dapat mengatakan “Produk makanan ini akan mengubah hidup Anda selamanya, mendorong gaya hidup sehat dan memberi tubuh Anda bahan bakar yang dibutuhkan untuk hari-hari yang lebih positif.”
4. Buat Konsumen Merasa Takut Ketinggalan (Fear of Missing Out)
Trik psikologi marketing paling ampuh selanjutnya adalah dengan membuat konsumen merasa takut ketinggalan. Teknik ini merupakan cara untuk menyentuh bagian dari diri konsumen yang menuntut untuk diikutsertakan dan takut ketinggalan dengan yang lain.
Trik tersebut adalah Fear of Missing Out (FOMO). Secara psikologi, manusia tidak ingin absen dari pengalaman berharga yang dimiliki orang lain, apalagi jika itu orang terdekat. Itu membangun kecemasan bawah sadar yang mengganggu mereka sehingga akhirnya turut serta.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 83% konsumen mempercayai rekomendasi dari teman dan keluarga. Jadi, bila Anda ingin memanfaatkan kesempatan itu, coba tunjukkan testimonial dan ulasan terhadap produk Anda ke website. Tak ketinggalan, sertakan juga fitur tombol share.
5. Efek Verbatim (Kata-Kata)
Sebuah penelitian menunjukkan, biasanya, orang lebih cenderung mengingat intisari dasar dari sebuah informasi daripada keseluruhannya. Ini disebut efek verbatim. Efek ini penting untuk Anda pelajari, terutama saat menyusun konten Anda agar lebih berkesan di ingatan audiens target Anda.
Misalnya dengan membuat judul konten yang menarik, namun tetap relevan dengan jenis produknya. Karena banyak pembaca yang lebih suka membaca sekilas untuk memutuskan apakah artikel tersebut layak dibaca atau tidak, maka judul yang efektif akan menunjukkan nilai dari artikel atau konten Anda.
Kebanyakan, orang-orang akan membaca sekilas konten Anda dan tidak mungkin mengingat detail spesifik dari produk atau layanan yang Anda tawarkan. Hal tersebut tentu tidak akan menguntungkan pemasaran Anda. Yang dapat Anda lakukan adalah membuat judul yang unik dan menarik.
6. Efek Kelangkaan
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa situs e-commerce sering menyelipkan Call To Action (CTA), seperti “Stok yang tersisa saat tinggal 2 saja. Beli sekarang agar tidak ketinggalan”? Itu karena mereka tahu betapa orang-orang benci kehilangan sesuatu yang bisa menjadi milik mereka.
Baca Juga: Mengenal Marketing Mix 7p dan Konsep Pemasaran Mix 7p Dalam Dunia Bisnis
Contoh dari penerapan efek ini ini adalah misanya Anda menjual tiket Harry Potter and The Cursed Child secara online. Maka, Anda bisa menyelipkan efek seperti, “Wow! Peluncuran ribuan tiket film Harry Potter and The Cursed Child batch pertama terjual habis dalam hitungan jam!”