Bisnis keluarga di Indonesia memang masih cukup banyak. Bahkan sudah ada juga yang mencapai tingkat kemakmuran luar biasa. Meskipun mereka tidak melakukannya dalam waktu sebentar. Mungkin saja, Anda tidak tahu kalau produk yang Anda gunakan saat ini berasal dari perusahaan keluarga. Di Indonesia perusahaan yang berasal dari keluarga cukup banyak, kesempatan kali ini BuzzUp.id akan menyebutkan siapa saja perusahaan keluarga di Indonesia yang masih eksis hingga saat ini.
Indonesia memang dikatakan masih sebagai Negara berkembang, bukan berarti Indonesia tidak memiliki orang super kaya loh dan perusahaan besar yang telah mengekspor produknya ke seluruh dunia. Bahkan harta para pemiliknya ada yang mencapai ratusan triliun. Memang orang seperti ini tidak banyak di Indonesia, mungkin bisa dikatakan hanya minoritas saja.
Bahkan artis yang mungkin dikira masyarakat cukup kaya, hartanya tidak mencapai puluhan triliun. Dan para pengusaha terkaya di Indonesia memang jarang menunjukan wajahnya di publik, termasuk dalam pemberitaan. Yuk kita bahas siapa saja sih perusahaan keluarga di Indonesia.
Baca Juga: 17 Manfaat Sosial Media untuk Bisnis
Djarum Grup
Siapa yang tidak kenal dengan perusahaan Djarum, salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Nama pemiliknya juga semakin dikenal sejak ikut Asian Games untuk cabang olahraga Bridge Indonesia, yaitu Michael Bambang Hartono. Ternyata perusahaan yang didirikan pada 1951 merupakan perusahaan keluarga.
Awal berdiri oleh Oei Wie Gwan ayah dari Michael Hartono dan Robert Budi Hartono, keduanya meneruskan bisnis ayahnya, yang mendirikan pabrik rokok di Kudus, Jawa Tengah. Pada 1963 kebakaran menghanguskan pabrik tersebut. Michael Hartono dan Budi Hartono lah yang kembali membangun pabrik rokok hingga besar seperti sekarang.
Kesuksesan Djarum membuat keduanya melebarkan sayap bisnisnya. Tidak hanya fokus di industri rokok, sekarang beberapa perusahaan besar di Indonesia diketahui juga dimiliki oleh pemilik Djarum tersebut yang dikelola oleh generasi ketiga. Sebut saja Bank BCA, Hotel Indonesia, Polytron, Tiket.com, Blibli.com, dan perusahaan Venture.
Sekarang pucuk pimpinan grup tersebut dipegang oleh generasi ketiga yaitu Victor Rachmat Hartono, Martin Basuki Hartono, dan Armand Wahyudi Hartono. Merekalah keluarga terkaya di Indonesia dengan harta mencapai 15,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp 232,1 triliun. Disebut-sebut kekayaan keluarga Djarum terhempas oleh pandemi Covid-19. Tetapi itu tidak akan membuat mereka miskin seketika guys.
Gudang Garam
Bisnis keluarga yang sudah berpuluh tahun berikutnya di Indonesia adalah Gudang Garam. Perusahaan rokok yang berdiri di Kediri, Jawa Timur pada 1958 ini menjadi perusahaan terbesar di Indonesia yang juga bisnis keluarga, perusahaan ini didirikan oleh Surya Wonowidjojo. Saat ini bisnis Gudang Garam sudah di bawah kendali penuh Susilo Wonowidjojo.
Menurut Forbes, Susilo Wonowidjojo menjadi orang terkaya kedua di Indonesia pada 2018 dengan memiliki harta mencapai 9,2 miliar dolar atau setara dengan Rp 133 triliun. Saat ini PT Gudang Garam tidak hanya fokus pada industri rokok, mereka juga merangsek ke industri lainnya di Indonesia. Meskipun pangsa pasar tembakau Indonesia sudah dikuasai seperlimanya. Dibawah tangan dingin Susilo, Gudang Garam masih melakukan ekspansi bisnis di industri berbeda.
Tentu kekayaan keluarga Susilo tidak hanya berasal dari rokok Gudang Garam saja loh. Banyak perusahaan di bidang perkebunan hingga perkayuan yang digeluti bos asal Sampang, Madura ini. Bahkan Gudang Garam memiliki anak perusahaan yang bergerak di industri kertas.
Dibawah naungan Gudang Garam terdapat beberapa perusahaan lainnya. Seperti PT Dhanista Surya Nusantara, PT Surya Nusantara Sawitindo, PT Graha Surya Media, PT Surya Pemenang, PT Surya Medistrindo, hingga perusahaan penyewaan helikopter PT Surya Air.
Bahkan istri dari Susilo, Melinda Setyo juga dikenal sebagai seorang pebisnis yang pernah memiliki 50% saham PT Hair Star Indonesia, perusahaan pabrik rambut palsu. Keren kan?
Sampoerna
Selanjutnya bisnis keluarga yang cukup bonafide di Indonesia masih dipegang oleh perusahaan rokok, yakni Sampoerna. Dengan produk yang dikenal luas sebagai produsen rokok kretek. Sampoerna saat ini menjadi perusahaan besar di Indonesia dibawah naungan PT HM Sampoerna.
Meskipun saat ini PT HM Sampoerna tidak sepenuhnya dimiliki oleh generasi ketiga dari pendiri HM Sampoerna. PT HM Sampoerna telah dimiliki oleh PT Philip Morris Indonesia sejak 2005. Sebelum dijual ke Philip Morris, keluarga Sampoerna juga telah memiliki bisnis pada sektor lain.
Perusahaan lain yang masih dimiliki keluarga Sampoerna di bawah grup Sampoerna Strategic Group, mulai dari perkebunan di bawah PT Sampoerna Agro, PT Bank Sampoerna, PT Sampoerna Land, PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, dan PT Sampoerna Kayoe.
Tidak ada data pasti berapa kekayaan milik keluarga Sampoerna. Namun total kekayaan Putera Sampoerna berdasarkan data Forbes 2020 menyatakan harta Putera Sampoerna mencapai Rp 26 triliun dan mengantarkan dirinya menjadi orang terkaya di Indonesia nomor 9. Fantastis kan?
Salim Group
Mungkin Anda menjadi konsumen loyal produk dari Salim Group, yakni Indomie, Sarimi, dan Supermi. Serta produk lainnya. Salim Group merupakan perusahaan keluarga di Indonesia juga sudah cukup lama malang melintang, bahkan sebelum kemerdekaan. Nama Salim Grup memang tidak begitu dikenal luas oleh masyarakat dibandingkan oleh perusahaan-perusahaan mereka sendiri.
PT Indofood didirikan oleh Sudono Salim pada 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma, pada tahun 1994 berubah nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur. Sebelumnya Sudono Salim menjadi pemasok sabun dan produk yang dibutuhkan oleh tentara Angkatan Darat pada 1945.
Di tahun 1950 Sudono Salim membuka bisnis perbankan cikal bakal Bank BCA. Setelah Bank BCA di rasa cukup stabil, Sudono Salim akhirnya membuka bisnis tepung terigu, produk tersebut dikenal dengan brand Bogasari.
Sudah cukup lama berkecimpung di dunia bisnis, akhirnya Sudono Salim menyerahkan seluruh bisnisnya kepada sang anak, Anthony Salim pada 1998. Apalagi saat itu Salim Group memiliki hutang mencapai Rp 55 triliun rupiah, dampak krisis moneter yang terjadi pada saat itu. Akhirnya beberapa perusahaan dibawah Salim Group harus dilepas sebagian sahamnya oleh Anthony, seperti BCA, Indocement, dan Indomobil.
Sekarang produk yang paling terkenal dari Salim Group adalah Indomie. Berkat Indomie pun Salim Group menjadi perusahaan besar di Indonesia. Bahkan produknya telah di ekspor ke Asia, Afrika, dan Eropa. Pada kuartal satu 2020, PT Indofood dibawah Salim Group berhasil membukukan laba bersih Rp 19,30 triliun. Fantastis bukan?
Membuat Anthony berada pada posisi kelima dengan total kekayaan mencapai 5,5 miliar dolar AS. Sumber pemasukannya tidak hanya dari Indofood, tetapi juga industri keuangan dan telekomunikasi.
Bakrie Group
Nama satu ini benar-benar tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Siapa yang tidak mengenal keluarga konglomerat satu ini. Bakrie Group sudah berdiri sejak tahun 1942 oleh Achmad Bakrie, Ayah dari Aburizal Bakrie. Perusahaan ini bergerak di berbagai bidang. Mulai dari perkebunan, minyak, pertambangan, properti, telekomunikasi, hotel hingga media.
Bakrie Group masih menjadi perusahaan besar hingga saat ini. Tak heran keluarga Bakrie selalu menjadi sorotan. Apa lagi saat ini Bakrie Group sudah dipegang oleh generasi ketiga, mulai dari Anindya Bakrie, Anindhita Anestya Bakrie, dan Anindra Ardiansyah Bakrie.
Pada 2018, Aburizal Bakrie menjadi orang terkaya ke 12 di Indonesia dengan total kekayaan Rp 29,5 triliun. Padahal di 2008 kekayaan Aburizal Bakrie mencapai Rp 84,6 triliun. Akibat krisis perbankan global, kekayaan keluarga Bakrie merosot tajam.
Memang data kekayaan sang anak belum diketahui, namun melihat postingan dan unggahan yang dilakukan oleh menantu Aburizal Bakrie di media sosial, postingan megahnya kediaman Aburizal cukup mewah bak istana, menandakan bahwa mereka masih menjadi konglomerat besar di Indonesia. Bahkan perusahaan di bawah Bakrie Group pun masih cukup eksis meskipun harga sahamnya sudah turun drastis.
Ciputra
Perusahaan keluarga selanjutnya di Indonesia adalah perusahaan properti terbesar di Indonesia, Ciputra. Ciputra dikenal sebagai pelopor real estate di Indonesia. Ciputra sendiri diambil dari nama pendirinya Ir Ciputra sang pendiri dan pemilik Ciputra Group.
Kesuksesan Ciputra terlihat dari pembangunan berbagai perumahan mewah, mal, hotel, hingga tempat rekreasi. Alhasil, semua jerih payah Ciputra berhasil membawanya menjadi orang terkaya di Indonesia. Ternyata perusahaan Ciputra adalah perusahaan keluarga. Mendiang Ciputra menghembuskan nafas terakhir pada 27 November 2019.
Memang sudah sejak lama Ciputra menularkan jiwa entrepreneur kepada anak-anak hingga cucunya. Bahkan istri Ciputra, Dian Sumelar sudah menjadi komisaris di Ciputra Group sejak 1984. Bahkan sejak 1991 anak-anak Ciputra sudah menjadi Direktur di beberapa perusahaan Ciputra.
Sebut saja Rina Ciputra Sastrawinata sudah sejak lama menjadi pimpinan di beberapa perusahaan milik Ciputra. Bahkan anak keduanya, Junita Ciputra sudah menduduki posisi tinggi di beberapa induk perusahaan Ciputra. Candra Ciputra pun sudah didapuk menjadi Direktur Utama PT Ciputra Development sejak 2002. Cakra Ciputra bahkan sudah menduduki posisi Direktur di PT Ciputra Development sejak 1991.
Menantu Ciputra sudah menduduki posisi penting di perusahaan tersebut. Bahkan saat ini generasi ketiga keluarga Ciputra sudah menduduki posisi strategis di perusahaan. Seperti Nararya Ciputra Sastrawinata, dan Cipta Harun Ciputra. Keduanya memegang beberapa proyek besar senilai ratusan miliar yang di dalam maupun luar negeri.
Wings Group
Perusahaan satu ini memang cukup besar di Indonesia. Saingan terbesar dari Unilever. Tetapi tidak banyak masyarakat yang tahu bahwa Wings Group salah satu perusahaan keluarga di Indonesia loh.
Wings Group menjadi perusahaan tertua di Indonesia, karena sudah ada sejak tahun 1949 dengan nama FA Wings. Dimana pada saat itu, perusahaan ini hanya menjual sabun colek dari rumah ke rumah. Perusahaan ini didirikan oleh Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto.
Namun di usianya yang sudah senja, Ferdinand Katuari menyerahkan perusahaan kepada sang penerus anaknya, Eddy Katuari. Di tangan Eddy lah Wings menjadi perusahaan besar untuk produk-produk rumah tangga. Bahkan produk Wings Group tidak hanya digunakan di dalam negeri, melainkan sudah di ekspor hampir ke seluruh dunia.
Baca Juga: Tantangan Saat Akan Memulai Usaha Baru yang Sering Terjadi
Wings Group memang menjadi pesaing berat PT Unilever, tidak hanya di Indonesia melainkan juga di dunia. Saat ini, keduanya memang menjadi perusahaan yang berperang di pasaran pada produk rumah tangga atau consumer good. Keluarga Katuari memang tidak terlalu terekspose di media. Sangat jarang terlihat.
Perusahaan-perusahaan besar yang telah disebutkan memang tidak terlihat sebagai perusahaan keluarga. Meskipun mereka perusahaan keluarga, tetapi perusahaan tersebut tetap menjadi perusahaan-perusahaan besar di Indonesia dikelola secara profesional dan memiliki aset triliunan. Pemiliknya pun merupakan para triliuner Indonesia.